Selasa, 01 November 2011

Counseling Psychology - Konsep Daya Psikologi

Konsep “psychological strength” atau “daya psikologis.” Orang yang masuk ke dalam konseling pada dasarnya karena mengalami kekurangan.” Psychological Strength”atau “daya psikologis”, yaitu suatu kekuatan yang di perlukan untuk menghadapi berbagai tantangan dalam keseluruhan hidupnya,termasuk menyelesaikan berbagai masalah yang di hadapinya. Dalam hubungan ini,para konselor perlu memahami konsep “Psichological strength” sebagai landasan dalam memahami kehadiran klien dalam konseling. Dari kajian berbagai teori ,daya psikologis pada dasarnya merupakan suatu daya atau kekuatan yang menggerakkan individu ntuk berbyuat dalam menjalani tututan keseluruhan hidupnya.Konsep daya psikologis mempunyai tiga dimensi yaitu:
1. Pemenuhan kebutuhan
2. Kompetensi Intra - pribadi
3. Kompetensi Inter - pribadi

Dimensi pemenuhan kebutuhan merujuk pada kekuatan psikis yang di perlukan utnuk memnuhi seluruh kebutuhannya agar dapat mencapai kualitas kehidupan secara bermakna dan memberikan kebahagiaan.Makin banyak kekuatan psikis dalam dimensi ini,makin besar kemungkinan individu mampu memnuhi kebutuhan hidup sehingga lebih bermakna dan bahagia.Sebaliknya makin sedikit kekuatan psikis dalam dimensi ini ,makin besar peluang untuk mengalami frustasi dan ketidak efektifan hidupnya.Dimensi kedua daya psikologis berkenaan dengan kompetensi intra pribadi yaitu kekuatan yang di perlukan dalam menghadai tuntutan yang berasal dari dalam dirinya sendiri. Dimensi ketiga daya psikologis adalah kompetensi antar pribadi ,yatu kekuatan psikis yang berkenaan dengan hubungan bersama orang lain dan pada gilirannya akan mencapai kebermaknaan hidup dan kebahagiaan hidup.


Ketiga dimensi itu saling berinteraksi, dalam arti apabila terjadi perubahan dalam satu dimensi menjadi lebih baik atau jelek,maka akan menyebabkan perubahan dalam dimensi lain. Tugas konselor adalah memperkuat ketiga dimensi itu sehingga saling terkait untuk memperkuat derajat fungsi daya psikis secara keseluruhan.


1. PEMENUHAN KEBUTUHAN

Makin banyak di capai kebutuhan psikologis ,orang akan makin kuat secara psikologisnya seperti halnya orang yang cukup gizi akan makin kuat fisiknya.Orang yang mendapatkan pemenuhan kebutuhan akan menikmati fungsi-fungsi psikologis secara normal,terbebas dari stress dan gangguan-gangguan lainnya.Sebaliknya orang yang pemenuhan kebutuhannya dalam derajat tidak memadai ,cenderung akan banyak mengalami gangguan psikologis dan berada dalam rentangan fungsi psikologis yang tergolong distres atau abnormal.Orang pergi ke konseling berkairtan erat dengan masalah pemenuhan kebutuhan. Ada beberapa macam kebutuhan yang terkait dengan konseling yakni:

a. Memberi dan menerima kasih sayang

Untuk mencapai kelangsungan hidup yang memuaskan, manusia memiliki kebutuhan untuk memberi dan menerima kasih sayang dari pihak lain meskipun dalam kenyataannya orang lebih banyak merasakan kebutuhan untuk menerima kasih sayang.Menerima kasih sayang sangat penting bagi individu karena dapat memberikan suasana kehangatan, rasa diterima dan dapat di cintai. Pada kenyataannya banyak orang merasa terhambat dalam pemenuhan kebutunan ini karena telah memberikan kasih sayang kepada orang lain akan tetapi tidak memperoleh kasih saying dari pihak lain. Konselor dapat membantu orang menemukan hambatan dalam pemenuhan kebutuhan ini.Jika masalahnya berada dalam diri klien,konselor dapat membantunya menemukan asumsi atau perasaan apa yang menghambat pemenuhan kebutuhan itu.Konseling dalam kaitan ini harus dapat berlangsung dalam suasana yang bersifat afeksional ,dalam arti terciptanya suasana saling memberi dan menerima kasih sayang antara konselor dan klien.

1.

b. Kebebasan
Pada dasranya manusia mempunyai keinginan untuk melangsungkan pemilihan secara bebas berdasarkan timbangan dirinya sendiri dan bukan atas timbangan atau keinginan orang lain.Orang membutuhkan pengalaman dengan derajat kebebasan dalam lingkungan pekerjaan ,keluarga,persahabatan dan kehidupan masyarakat secara luas.Orang yang merasa kurang memperoleh pemuasan kebutuhan akan semakin bergantung kepada orang lain. Dalam konseling ,klien dapat di bantu untuk memahami hubungan antara kekurangan kebebasan dengan ketidak bahagiaan mereka.Konselor dapat membantu mereka mengenal penyebab kekurangan kebebasan dan memahami bagaimana melindungi mereka dari kecemasan.Konselor mempunyai dua peranan dalam membantu klien mengahdapi kecemasan karena hubungan dengan orang lain,yaitu pertama konselor mengeluarkan klien dari penjara kekeliruan asumsi ,kedua konselor mambantu klien dalam memperbaiki hubungan dengan orang lain.


c. Memiliki kesenangan

Kesenangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dan mempunyai peranan erat terhadap kesehatan psikologis .Pada anak-anak pemenuhan kebutuhan ini menempati prioritas utama dan orang dewasa berpendapat bahwa kesenangan merupakan ciri-ciri anak-anak bukanorang dewasa. Konselor dapat membantu klien dengan mengenal pentingnya kesenangan dan memahami begaimana rasanya kehilangan kesenangan dalam hidup.Selanjutnya konselor membantu klien untuk memperbaiki dengan mengembangkan kompetensi yang dapat menunjang di perolehnya pengalaman yang menyenangkan.Di samping itu,konselor harus mengembangkan proses konseling sebagai suatu suasana yang memberikan rasa senang dan menggairahkan.


d. Menerima Stimulasi (rangsangan)

Pada dasarnya orang membutuhkan sejumlah variasi dan perubahan yang sehat dalam hidupnya.Mereka membutuhkan pengalaman yang merangsang hubungan dan tantangan baru untuk menjaga kehidupan yang baik.Mereka secara sadar memanfaatkan waktu untuk mendapatkan pengalaman-pengalaman baru dalam persahabatan, pekerjaan dan kehidupan lainnya. Konselor dapat memperkenalkan kepada klien pentingnya rangsangan dan membantu untuk mengembangkan tilikan ,keterampilan dan keberanian untuk mengatasi sikap apatis dan tidak terkait dengan kehidupannya.Konselor juga dapat mengembangakn suatu pengalaman yang memberikan rangsangan selama proses konseling berlangsung.


e. Perasaan mencapai prestasi

Orang membutuhkan untuk melihat hasil positif dari usaha-usaha yang telah di lakukannya.Bila orang melihat dampak positif dari apa yang telah di lakukannya.,maka ia akan merasakan kepuasan dan sebaliknya rasa tidak berhasil dari usahanya dapat menimbulkan kekecewaan ,yang pada gilirannya dapat mengganggu kesehatan psikologisnya. Melalui konseling ,klien di bantu agar mampu menemukan kebutuhan untuk merasakan pencapaian satu prestasi dari apa yang telahdi lakukannya.Dalam konseling ,konselor dapat membantu klien mengerjakan tugas-tugas mulai dari yang ringan dan ,mudah kemudia secara bertahap kepada tugas-tugas yang lebih kompleks.


f. Memiliki harapan

Orang membutuhkan harapan akan kemungkinan yang akan di capai di kemudian hari,misalnya dalam pendidikan pekerjaan,kehidupan perkawinan ,keluarga dan di masyarakat.Bila seseorang merasakan ada harapan-harapa dalam tugasnnya maka ia akan termotivasi dalam mengerjakan sesuatu dan hasil yang akan di capai juga tentu akan baik. Konselor membantu klien dengan meyakinkan mereka,bahwa sekecil apapun orang harus memiliki harapan yang dapat di capai di masa yang akan datang.Klien di bantu untuk mengenal dirinya dan situasi lingkungan secara sehat,sehingga klien memperoleh pemahaman yang sehat terhadap dirinya dan lingkungan.


g. Memiliki ketenangan

Kebanyakan orang tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka membutuhkan untuk berada dalam ketenangan atau kesunyian.Banyak orang senantiasa sibuk dengan berabgai kegiatan sehari-hari dan menganggap bahwa berada dalam ketenangan merupakan suatu kebutuhan dasar manusia.Konselor dapat membantu klien untuk memahami pentingnya berada dalam keadaan tenang dalam keseluruhan kehidupanyna.Secara bertahap konselor membantu klien agar mampu menciptakan ketenangan melalui suasana konseling yang di ciptakan.Hal itu di lakukan melalui berbagai latihan yang di lakukan secara bertahap dalam suasana konseling yang kondusif.


h. Memiliki tujuan hidup secara nyata.

Banyak orang tidak menyadari akan kebutuhan mereka tentang tujuan hidup secara nyata.Untuk memperoleh perjalanan hidup yang bermakna dan bahagia,orang harus mengenal dan memahami tujuan hidup dan arahan dalam berperilaku. Konselor dapat membantu klien dengan memberikan kesempatan pertama untuk belajar, bahwa hidup dapat lebih bermakna dibandingkan dengan mengulang-ulang kegiatan yang tidak berujung dan membosankan.


2. KOMPETENSI INTRA – PRIBADI


Kekuatan psikologis sangat di tentukan oleh seberapa jauh orang mengenal dan berhubungan dengan diri pribadi.Kompetensi intra pribadi adalah kecakapan yang di pelajari yang dapat membantu orang berhubungan secara baik dengan dirinya.Tujuan kompetensi pribadi adalah untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas pemenuhan kebutuhan pribadi.Hubungan dengan orang lain mempunyai kesamaan dan keterkaitan dengan hubungan dengan orang lain.Apabila orang mampu berhubungan dengan drirnya secara efektif ,maka akan efektif pula dalam berhubungan dengan orang lain.Sebaliknya kegagalan dalam berhubungan dengan dirinya sendiri akan gagal pula berhubungan dengan orang lain. Hubungan intra pribadi berkenaan dengan tiga kompetensi yang saling berkaitan, yaitu: Pemahaman diri,pengarahan diri dan harga diri.

a. a. Pengetahuan diri

Orang datang untuk konseling karena tidak memiiki pengetahuan secara memadai tentang drinya yang meliputi kekuatan,kelemahan,kebutuhan,perasaan dan motif.Ketidak tahuan tentang drinya sendiri ,dapat menimbulkan berbagai bentuk prilaku yang kurang efektif dan dapat berpengaruh pada kondisi kesehatan psikologisnya. Orang yang kurang memahami dirinya, disebabkan oleh proses pembelajaran dari pengalaman menyembunyikan bagian dirinya untuk mencegah dan mengurangi kecemasan. Implikasi dalam konseling berkenaan dengan hal-hal di atas adalah membantu klien untuk mampu memahami dirinya secara tepat.Untuk itu para konselor terlebih dahulu harus mengetahui bagian-bagaian diri klien yang tidak atau kurang di pahami dan hal yang menjadi penyebabnya.

b. b. Pengarahan diri

Pengarahan diri mempunyai makna sebagai daya yang memberi arah bagi seseorang dalam hidupnya,dan tanggung jawab penuh terhadap konsekuensi dari perilakunya.Makin mamppu seorang mengarahkan perilakunya ,maka makin mungkin menjalani hidupnya secara efektif dan terhindar dari situasi yang mengganggu perjalanan hidupnya.Orang yang kurang dalam pengarahan diri akan di manifestasikan dalam berbagai kemungkinan seperti kurang percaya diri dan kurang mampu mengendalikan diri.
Implikasi konseling masalah-masalah yang berkenaan dengan pengarahan diri adalah membantu klien untuk mengenal sebab-sebab timbulnya masalah dan memberikan dukungan kepada Klien untuk melakukan berbagai tindakan yang tepat dalam keseluruhanperilakunya.

c. Harga Diri

Harga diri bermakna sebagai suatu pandangan orang secara umum bahwa dirinya bermanfaat,berkemampuan dan berkebajikan.Hal itu berkembang dari bagaimana orang berprilaku dalam car-cara yang sejalan dengan nilai-nilai yang sehat dan pengalaman-pengalaman yang masuk akal dalam diri mereka.Harga diri hampir seluruhnya bersifat tidak di sadari dan memotivasi orang untuk mendapatkan kehidupan yang baik dan melindungi diri dari tantangan yang tidak di perlukan dan merugikan.
Dalam Menghadapi klien yang kurang harga diri,kesulitan yang di hadapi konselor adalah dalam memanifestasikan perilaku yang memerlukan pengkajian secara cermat mengingat penampilan mereka yang tidak mudah untuk di tafsirkan.Untuk itu konselor harus mampu mengungkapkan perilaku kurang harga diri melalui penampilannya.Tahap awal yang harus di lakukan adalah menghadapi klien dengan cara-cara positif atau setidaknya tidak menunjukan penolakan.Melalui interaksi dalam suasana penuh penerimaan dan pengertian,secara bertahap konseor membantu klien menemukan cara-cara yang tepat untuk mendapatkan harga dirinya.


3. Kompetensi Inter pribadi

3

Kompetensi inter pribadi merupakan kecakapan yang dipelajari, yang memungkinkan orang berhubungan dengan orang lain dalam cara-cara saling memenuhi. Kompetensi inter pribadi melengkapi kompetensi intra pribadi karena keduanya di butuhkan untuk pertumbuhan psikologis. Apabila orang dapat berhubungan dengan dirinya dan orang lain secara baik, maka ia akan mengalami pemenuhan kebutuhan secara baik. Sebaliknya, kesulitan dalam berhubungan dengan dirinya sendiri atau dengan orang lain atau keduanya,dapat mengganggu pemenuhan kebutuhan yang pada gilirannya dapat menyebabkan gangguan-gangguan psikologis. Kompetensi intra personal bertindak sebagai jembatan yang menghubungkan dengan dunia luar. Makin banyak jembatan dan makin kuat dirinya,maka makin banyak kebutuhan dipenuhi dan makin banyak sumber-sumber psikologis yang akan dimiliki untuk berbagi dengan orang lain.
Berikut ini akan di kemukakan beberapa kompetensi yang berkaitan dengan kurangnya kompetensi pribadi:

1. Kepekaan terhadap dirinya sendiri
Pada saat orang berhubungan dengan orang lain,orang peru mengenal dan menyesuaikan diri dengan dirinya seperti halnya kepada orang lain.Dalam konseling konselor dapat mengajak klien untuk belajar cara-cara baik dalam mengembangkan kepekaan terhadap orang lain.Konselor dapat membantunya dengan membrikan contoh –contoh nyata baik dalam konseling ataupun dari lingkungannya.

2. Ketegasan diri (assertiveness)
Menjadi asertif atau tegas ,berarti orang telah belajar dari hidupnya untuk mendapatkan apakan dia lurus dan tegas serta berkomunikasi dengan cara-cara jujur secara konstruktif.Orang –orang asertif tidak membiarkan orang lain menghalangi jalur pemenuhan kebutuhannya,dan berkomunikasi dengan cara-cara yang sopan dan baik sehingga orang lain mengerti.

3. Menjadi nyaman dengan diri sendiri dan orang lain
Nyaman dengan dirinya sendiri dan dengan orang lain mempunyai makna sebagai suatu kondisi psikologis yang bersifat transparan yaitu membiarkan diri sendiri di lihat oleh orang lain dalam keadaan tertentu.Orang yang transparan bertindak atas dasar prinsip bahwa bagaimana orang lain memandang tentang dirinya sama dengan ia memandang tentang dirinya.

4. Menjadi diri yang bebas
Orang yang memiliki rasa kebebasan akan membiarkan orang lain untuk menjadi dirinya sendiri.Ia membiarkan orang lain berada dalam suasana santai dan nyaman dengan dirinya dan memuaskan.Orang yang bebas membiarkan orang menemukan kebutuhannya dalam cara dan tempat yang mereka pilih.Sebaliknya orang yang tidak bebas akan mengalami kesulitan berhubungan dengan orang lain.

5. Harapan yang realistik terhadap dirinya sendiri dan orang lain
Hubungan antar pribadi di tentukan oleh harapan terhadap dirinya sendiri dan orang lain.Hubungan antar pribadi akan tercipta dengan baik dan menunjang kehidupan psikologis yang sehat jika harapan terhadap diri sendiri dan orang lain dapat terwujud secara realistik

6. Perlindungan diri dalam situasi antar pribadi
Hubungan antar pribadi akan berkembang dengan baik apabila orang merasa terlindung dalam berinterasksi dengan orang lain.Orang yang memiliki kompetensi ini akan mampu mengahdapi kejadian apapun dalam hubungan dengan orang lain.Mereka akan mampu bertndak dengan cara-cara tepat sehingga mereka dalam berhubungan dengan orang lain tidak membuat dirinya terancam.Konselor dapat membantu klien mengembangkan berbagai kecakapan dalam mengahadapi kemungkinan akibat yang timbul dari hubungan dengan orang lain.

4

Konsep keterampilan personal dan sosial banyak dirumuskan secara berbeda oleh para ahli, Howard Gardner (1993) menyebutnya dengan kecerdasan intrapersonal dan interpersonal dan atau personal and social skills. Gysbers (1975) mengistilahkannya dengan self-knowledge dan interpersonal skills, sementara Myrick (1993) menamakannya dengan personal and social skills. Ketiga rumusan tersebut pada hakekatnya memiliki maksud dan pengertian yang relatif sama, yaitu menggambarkan antara kompetensi pribadi-sosial yang terkait dengan orang lain atau lingkungannya yang didasari dengan adanya komitmen transcendetal, yaitu dengan pencipta-NYA. Kedua relasi intra dan inter pribadi-sosial merupakan suatu kesatuan yang secara fungsional sulit dipisahkan, sehingga kedua kecakapan dipandang lebih fungsional dan bermakna, manakala disatukan (Rohmat Wahab, 2003). Hal senada dikemukakan Campbell (2004:202) yang menyatakan bahwa inteligensi intrapersonal dan interpersonal merupakan hal yang saling tergantung (interdependensi). Dewasa ini kedua variabel tersebut direpresentasikan oleh suatu konsep yang sangat populer, yaitu Emotional Intelligence (Goleman, 1996), yang menyatakan bahwa : “emotional intelligence is the single most important factor for personal adjustment, success in relationship, and in job performance. Dengan demikian intelegensi emosional, tidak hanya menyangkut persoalan yang terkait dengan aspek intrapersonal (pribadi) melainkan juga aspek interpersonal (sosial). Keduanya saling bersinggungan secara fungsional dalam wujud perilaku individu sehari-hari, walaupun sebenarnya secara konseptual dan konstruk keduanya tidak sepenuhnya sama.

Jasmine (2007:27) menyebutkan bahwa kecerdasan intrapersonal tercermin dalam kesadaran mendalam akan perasaan batin. Inilah kecerdasan yang memungkinkan seseorang memahami diri sendiri. Orang dengan kecerdasan intrapersonal tinggi pada umumnya mandiri, tak tergantung pada orang lain, dan yakin dengan pendapat diri yang kuat tentang hal-hal yang kontroversial. Mereka memiliki rasa percaya diri yang besar serta senang sekali bekerja berdasarkan program sendiri dan hanya dilakukan sendirian. Kecerdasan intraperseonal acap kali dipertautkan dengan kemampuan intuitif. Sementara kecerdasan interpersonal di tampakkan pada kegembiraan berteman dan kesenangan dalam berbagai macam aktivitas sosial serta ketaknyamanan atau keengganan dalam kesendirian dan menyendiri. Orang yang memiliki jenis kecerdasan ini menyukai dan menikmati bekerja secara berkelompok (bekerja kelompok), belajar sambil berinteraksi dan bekerja sama, juga kerap merasa senang bertindak sebagai penengah atau mediator dalam perselisihan dan pertikaian baik di sekolah maupun di rumah.

5

Relevan dengan rumusan di atas, Sukartini (2005 : 302-305) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan keterampilan pribadi sosial merupakan hal-hal yang menyangkut : (1) Responsifitas, yang meliputi kesadaran eksistensial, kesadaran akan perasaan-perasaan, kesadaran akan motivasi-dalam (inner-motivation), dan sensitivitas terhadap kecemasan dan rasa bersalah; (2) Realistis, yaitu menunjuk kepada keterampilan berpikir; (3) Relasional, meliputi keterampilan memulai suatu tindakan, membahas, membuka diri, mendengarkan, menunjukkan kepedulian, kerjasama, membanding-kan dan mengelola kemarahan dan konflik; (4) Rajin-Produktif, yaitu pengenalan minat-minat, keterampilan bekerja, keterampilan belajar, keterampilan menggunakan waktu senggang; dan (5) Religi-Moral-Etika, yaitu sikap dan perilaku moral-etis dan norma-norma agama. Sedangkan Ketrampilan Sosial adalah berkaitan dengan : (1) Empati, yaitu penuh pengertian, tenggang rasa, kepedulian pada sesama; (2) Afiliasi dan resolusi konflik, yaitu komunikasi dua arah/ hubungan antar pribadi, kerjasama, penyelesaian konflik; (3) Mengembangkan kebiasaan positif, seperti tata krama/kesopanan, kemandirian, dan tanggung jawab sosial.


Daftar Pustaka:

Nurhadi, (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikdasmen.

Rusman, (2010). Model-Model Pembelajaran. Bandung. Mulia Mandiri Pers.

Sagala, Syaiful. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta

Sanjaya, Wina. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Tidak ada komentar: